A.
KEBUDAYAAN KOTA MALANG : TOPENG
MALANGAN
Topeng Malang adalah sebuah kesenian kuno yang umurnya lebih
tua dari keberadaan Kota Apel ini, Topeng malang ini merupakan seni pemahatan
topeng. Topeng ini pun sudah diperkenalkan sejak zaman kerajaan Gajayana kala
itu. Para pemahat Topeng Malangan sudah turun temurun sampai sekarang. Pada
jaman dulu apresiasi pada Topeng Malang ini diwujudkan dengan bentuk
pertunjukan saat ada acara tertentu seperti pernikahan, selamatan, dan hiburan
pejabat tinggi kala itu.
Topeng Malang sedikit berbeda dengan topeng yang ada di
Indonesia, dimana corak khas dari pahatan kayu yang lebih kearah realis serta
menggambarkan karakter wajah seseorang. Ada banyak ragam dari jenis Topeng
Malang yang dibuat seperti karakter jahat, baik, gurauan, sedih, kecantikan,
ketampanan, bahkan sampai karakter yang sifatnya tidak teratur.
Pertunjukan topeng malangan ini dapat di kolaborasikan
dengan pakaian dan riasan untuk memainkan pewayangan atau cerita menggunakan
topeng malang tersebut. Perkembangan pada jaman sekarang sudah dapat dinikmati
dalam bentuk drama, ada yang menceritakan tentang sosial dan humoran.
B.
MAKANAN KHAS MALANG : BAKSO MALANG
Yang pertama memperkenalkan makanan
Bakso ini adalah masyarakat Tionghoa Indonesia. Nama “BAKSO” juga berasal dari
kata Bak-So dalam bahasa Hokkien (Taiwan) yang artinya adalah daging giling.
Dikarenakan penduduk Indonesia mayoritas adalah muslim maka kebanyakan bakso
dibuat dari daging halal seperti daging ayam, sapi maupun ikan. Namun,
kebanyakan bakso malang terbuat dari daging sapi. Sekarang ini makanan lezat
berbentuk bulat ini lebih banyak dijual oleh orang orang Jawa dan yang terkenal
adalah berasal dari kota Malang, Solo dan Wonogiri. Ketiga kota tersebut
memiliki ciri khas masing masing. Di kota Malang bakso disajikan dengan
berbagai olahan pangsit dan tahu bakso, isi di dalam satu mangkok bakso Malang
lebih terlihat ramai dibandingkan dengan yang lain.
C. CIRI KHAS MALANG : BAHASA WALIKAN
Osob kiwalan kera ngalam (boso nalawik arek Malang ) bahasa terbalik Arek Malang berasal dari pemikiran para pejuang tempo doeloe yaitu kelompok Gerilya Rakyat Kota (GRK). Bahasa khusus ini dianggap perlu untuk menjamin kerahasiaan, efektifitas komunikasi sesama pejuang selain juga sebagai pengenal identitas kawan atau lawan. Metode pengenalan ini sangat penting karena pada masa Clash II perang kemerdekaan sekitar akhir Maret 1949 Belanda banyak menyusupkan mata-mata di dalam kelompok pejuang Malang. Mata-mata ini banyak yang mampu berkomunikasi dalam bahasa daerah dengan tujuan menyerap informasi dari kalangan pejuang GRK. penyusupan ini terutama untuk memburu sisa laskar Mayor Hamid Rusdi yang gugur pada 8 Maret 1949 dalam pertempuran dukuh Sekarputih (Desa Wonokoyo sekarang).
Seorang tokoh pejuang Malang pada saat itu yaitu
Pak Suyudi Raharno mempunyai gagasan untuk menciptakan bahasa baru bagi sesama
pejuang sehingga dapat menjadi suatu identitas tersendiri sekaligus menjaga
keamanan informasi. Bahasa tersebut haruslah lebih kaya dari kode dan sandi
serta tidak terikat pada aturan tata bahasa baik itu bahasa nasional, bahasa
daerah (Jawa, Madura, Arab, Cina) maupun mengikuti istilah yang umum dan baku.
Bahasa campuran tersebut hanya mengenal satu cara baik pengucapan maupun
penulisan yaitu secara terbalik dari belakang dibaca kedepan.
Karena keakraban dan pergaulan sehari-hari maka
para pejuang dalam waktu singkat dapat fasih menguasai ‘bahas’ baru ini.
Sedangkan lawan dan para penyusup yang tidak setiap hari bergaul dengan
sendirinya akan kebingungan dan selalu ketinggalan istilah2 baru. Maka siapapun
yang tidak fasih mempergunakan osob AREMA ini pasti bukan dari golongan pejuang
dan pendukungnya, sehingga kehadiran para penyusup dapat diketahui dengan cepat
serta rahasia komunikasi tetap terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar